posted by Berita, Fakta, Islam, Kuasa Allah, Pengetahuan, Unik | Posted on Kamis, 12 Agustus 2010
| Posted inTradisi umat Islam di Bali
Sebagai minoritas, umat Islam di Bali bisa bertahan hidup dalam masyarakat mayoritas beragama Hindu. Tengoklah desa-desa muslim yang ada di Bali, seperti Pegayaman (Buleleng), Palasari, Loloan dan Yeh Sumbul (Jembrana) dan Nyuling (Karangasem), atau kampung muslim di Kepaon di Badung.
Kehidupan di sana tak ubahnya seperti kehidupan di Bali pada umumnya. Tempat ibadahlah yang membedakan. Umat Islam tetap menggunakan simbol-simbol adat Bali, seperti Subak, Seka, dan Banjar. Bahkan, nama-nama seperti Wayan, Nyoman, Nengah, Ketut yang menjadi ciri khas Bali tetap dipertahankan.
Sebut saja kampung muslim Kepaon di Badung. Menurut sejarah penduduk kampung Kepoan berasal dari para prajurit Jawa atau Kawula asal Sasak dan Bugis beragam Islam yang dibawa para Raja Buleleng, Badung dan Karangasem pada zaman kerajaan Bali.
Kehidupan di sana tak ubahnya seperti kehidupan di Bali pada umumnya. Tempat ibadahlah yang membedakan. Umat Islam tetap menggunakan simbol-simbol adat Bali, seperti Subak, Seka, dan Banjar. Bahkan, nama-nama seperti Wayan, Nyoman, Nengah, Ketut yang menjadi ciri khas Bali tetap dipertahankan.
Sebut saja kampung muslim Kepaon di Badung. Menurut sejarah penduduk kampung Kepoan berasal dari para prajurit Jawa atau Kawula asal Sasak dan Bugis beragam Islam yang dibawa para Raja Buleleng, Badung dan Karangasem pada zaman kerajaan Bali.
Menurut Takmir Masjid Al Muhajirin, Ishak Ibrahim, orang-orang muslim di Kepaon adalah keturunan para prajurit asal Bugis. Kampung yang mereka tempati sekarang merupakan hadiah raja Pemecutan. Hubungan warga muslim Kepaon dengan lingkungan puri (istana) hingga sekarang masih terjalin baik.
Bahkan, masyarakat muslim Kepaon, Pemogan, Denpasar Selatan, setiap hari ke 10 bulan ramadhan, selalu menggelar tradisi adat makan bersama atau disebut 'megibung' di Masjid Masjid Al Muhajirin.
Tradisi turun temurun ini, merupakan kegiatan rutin untuk memupuk rasa silahturahmi antar warga, selain untuk meningkatkan nilai ibadah di bulan suci ini.
Aktivitas yang mereka lakukan yakni hanya kumpul-kumpul bareng sambil menikmati santap makan malam yang sudah dipersiapkan warga secara bergiliran. Karena bergantian, menu yang disajikan pun tentunya bervariasi.
Tradisi seperti ini sudah turun temurun dari leluhur sejak Islam masuk ke Bali, sejak zaman kerajaan lebih dari 500 tahun silam.
"Ini kami lakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah karena sudah berhasil khatam Al Qur’an dalam kondisi sehat wal afiat," kata Ibrahim.
Sejumlah daerah lainnya yang menjadi pemeluk Islam, seperti di Pegayaman, lalu di Denpasar, komunitas muslim juga dapat dijumpai di Pulau Serangan dan Kampung Jawa. Kampung Kepaon dan Serangan dihuni warga keturunan Bugis.
Mereka hidup rukun dan damai meski berada di tengah-tengah umat Hindu. Bahkan mereka tetap menjaga nilai-nilai tradisi Islam secara utuh.
Selain itu, keberadan komunitas muslim di Bali, ditandai adanya mesjid di lingkungan kampung mereka. Dimana, rumah-rumah warga muslim tidak dilengkapi tempat untuk sesaji di depan rumah.
Beberapa kampung itu hanya contoh kecil bagaimana dulu, masyarakat Hindu dan Muslim serta agama lain bisa hidup berdampingan di Pulau Bali.
Orang Bali sendiri secara umum menyebut warga muslim dengan istilah selam. Istilah selam ini sudah sangat umum di Bali untuk menjelaskan tentang umat Islam.
Bahkan, ketika Ramadan datang, umat Hindu menghormati orang Islam yang berpuasa, dan pada saat berbuka puasa umat Hindu ada yang ngejot (memberikan dengan ikhlas) ketupat.
Apalagi saat Idul Fitri datang. Umat Hindu memberi buah-buahan kepada saudaranya yang muslim, sementara pada saat Galungan, umat Islam memberikan ketupat (minimal anyaman ketupat).VIVAnews
Ini nih yang namanya kerukunan antar umat beragama, saling toleransi, tidak ada intimidasi terhadap kaum minoritas, tidak ada pencampuradukan ajaran agama dalam hal ibadahnya.
Untukmu agamamu, dan untukku agamaku. Tapi tetep rukun..
Bahkan, masyarakat muslim Kepaon, Pemogan, Denpasar Selatan, setiap hari ke 10 bulan ramadhan, selalu menggelar tradisi adat makan bersama atau disebut 'megibung' di Masjid Masjid Al Muhajirin.
Tradisi turun temurun ini, merupakan kegiatan rutin untuk memupuk rasa silahturahmi antar warga, selain untuk meningkatkan nilai ibadah di bulan suci ini.
Aktivitas yang mereka lakukan yakni hanya kumpul-kumpul bareng sambil menikmati santap makan malam yang sudah dipersiapkan warga secara bergiliran. Karena bergantian, menu yang disajikan pun tentunya bervariasi.
Tradisi seperti ini sudah turun temurun dari leluhur sejak Islam masuk ke Bali, sejak zaman kerajaan lebih dari 500 tahun silam.
"Ini kami lakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah karena sudah berhasil khatam Al Qur’an dalam kondisi sehat wal afiat," kata Ibrahim.
Sejumlah daerah lainnya yang menjadi pemeluk Islam, seperti di Pegayaman, lalu di Denpasar, komunitas muslim juga dapat dijumpai di Pulau Serangan dan Kampung Jawa. Kampung Kepaon dan Serangan dihuni warga keturunan Bugis.
Mereka hidup rukun dan damai meski berada di tengah-tengah umat Hindu. Bahkan mereka tetap menjaga nilai-nilai tradisi Islam secara utuh.
Selain itu, keberadan komunitas muslim di Bali, ditandai adanya mesjid di lingkungan kampung mereka. Dimana, rumah-rumah warga muslim tidak dilengkapi tempat untuk sesaji di depan rumah.
Beberapa kampung itu hanya contoh kecil bagaimana dulu, masyarakat Hindu dan Muslim serta agama lain bisa hidup berdampingan di Pulau Bali.
Orang Bali sendiri secara umum menyebut warga muslim dengan istilah selam. Istilah selam ini sudah sangat umum di Bali untuk menjelaskan tentang umat Islam.
Bahkan, ketika Ramadan datang, umat Hindu menghormati orang Islam yang berpuasa, dan pada saat berbuka puasa umat Hindu ada yang ngejot (memberikan dengan ikhlas) ketupat.
Apalagi saat Idul Fitri datang. Umat Hindu memberi buah-buahan kepada saudaranya yang muslim, sementara pada saat Galungan, umat Islam memberikan ketupat (minimal anyaman ketupat).VIVAnews
Ini nih yang namanya kerukunan antar umat beragama, saling toleransi, tidak ada intimidasi terhadap kaum minoritas, tidak ada pencampuradukan ajaran agama dalam hal ibadahnya.
Untukmu agamamu, dan untukku agamaku. Tapi tetep rukun..
info yang luar biasa, menarik sekali dan bermanfaat nih
di tunggu info selanjutnya gan
terimakasih
updateterus gan info2 yg bermanfaatnya
terimakasih banyak
sukses terus
nice post gan
mantep nih informasinya
terimakasih banyak, sukses terus